Museum Ullen Sentalu, Sinar Kecantikan Putri Keraton

01.35 Edit This 0 Comments »
Banyak orang mengatakan kecantikan perempuan melingkupi dua ruang, inner dan outer. Tak jarang, perempuan hanya menonjolkan salah satunya, biasanya kecantikan luarnya. Bagaimana dengan puteri keraton, apakah mereka mampu menonjolkan keduanya? Museum Ullen Sentalu memberikan sebuah bukti bahwa di samping paras cantik, beberapa puteri kraton juga mampu menonjolkan pemikiran dan karya yang menjadi simbol inner beauty mereka. Museum yang terletak di kaki selatan Gunung Merapi ini menampung foto, lukisan karya puteri keraton dari Yogyakarta, Surakarta, Mangkunegaran dan Pakualaman. Menempati salah satu sudut terindah wilayah Kaliurang, yaitu Taman Kaswargan atau taman surga yang berupa lahan yang dikelilingi hutan dan taman, museum ini diresmikan pada tahun 1997 oleh
Sri Paku Alam VIII. Ullen Sentalu yang digunakan sebagai nama museum merupakan singkatan dari "Ulating Blencong Sejatine Tataning Lumaku" yang berarti pelita kehidupan sejati bagi jalan hidup manusia, dibangun dengan konsep in the field architectural concept, tanpa cetak biru.

Memasuki museum ini, anda akan disambut udara sejuk dan rindang pepohonan. Seorang guide kemudian akan menyapa, menemani anda menjelajah museum yang terdiri dari dua bagian utama yang seluruhnya dibangun dengan konsep labirin dan berbahan dasar batu gunung, yaitu Guwo Selo Giri yang berarti gua berdinding batu gunung dan Kampung Kambang yang berarti sebuah kampung yang terletak di atas perairan (kolam).

Di Guwo Selo Giri, anda akan menjumpai sejumlah lukisan putri keraton yang menonjol karakter dan karyanya serta foto-foto pusat kota Yogyakarta pada awal abad 20. Salah satu puteri keraton yang menonjol dan ditampilkan di ruangan ini adalah Partini Djayadiningrat, puteri Mangkunegaran VII yang mengarang novel berjudul Ande-Ande Lumut dan diterbitkan oleh Balai Pustaka. Dalam novel itu, ia memakai nama Antipurbani. Terdapat pula lukisan putri Retno Puoso tengah mengenakan kipas desainnya sendiri yang bersatu dengan busana.

Menuju Kampung Kambang, anda akan menjumpai beberapa ruang, yang pertama adalah Balai sekar Kedaton yang dipersembahkan pada GRAj. Koes Sapariyam yang akrab disapa Tineke. Ruangan ini menampung foto dan puisi karyanya yang ditulis dalam kurun waktu 1939-1947. Salah satu puisinya mengungkapkan tentang inti kebahagian, yaitu ketika manusia mampu menebar cinta pada lingkungannya, bahkan pada lingkungan yang penuh dosa sekalipun.

Ruang berikutnya bernama Ruang Paes Ageng Yogyakarta, menampung kain batik dengan motif yang cocok untuk acara perkawinan. Beberapa motif adalah Sido Asih, Sido Mukti, Sido Drajat dan motif lain bernama awal "Sido" yang mesti dikenakan pasangan agar hidupnya bahagia. Motif Truntum, Truntum Wirasat dan Wirasat juga terdapat, merupakan motif batik yang mesti dikenakan orang tua pasangan sehingga bisa memberi tuntunan dan nasihat.

Ruang Vorstendlanden Batik atau Ruang Batik Jogja Solo yang akan ditemui kemudian menampung sejumlah koleksi batik khas Yogyakarta dan Solo. Salah satu motif yang legendaris adalah batik motif bintang yang dibuat oleh seorang permaisuri Kraton Surakarta. Motif tersebut dibuat karena setiap malam sang permaisuri sering melihat bintang kala malam saat kesepian karena raja lebih sering bersama selir. Motif batik bintang ini sanggup membuat sang permaisuri diperhatikan lagi oleh raja.

Di Ruang Batik Pesisiran, atau batik yang berkembang di wilayah pesisir seperti Cirebon dan Indramayu, anda akan menjumpai beberapa motif batik dan kain kebaya bordir yang unik. Motif batik di ruangan ini umumnya lebih kaya warna namun minim filosofi, berbeda dengan batik Jogja-Solo yang warnanya cenderung monoton namun lebih kaya filosofi. Sementara, kebaya berbordir bisa dikatakan unik karena masih dibuat dengan mesin manual namun kualitasnya tak tertandingi.

Ruang Putri Dambaan yang menjadi penghujung penjelajahan, akan memberikan gambaran pada anda sosok Putri Nurul Kusumawardani, seorang putri keraton yang hobi berkuda, tenis dan renang. Putri yang sempat dilamar Presiden Soekarno dan Hamengkubuwono IX ini menjadi salah satu wanita yang menonjol di kalangan Kraton, karena pandai menari dan menolak poligami. Salah satu foto menggambarkannya sedang menari di Belanda dengan diiringi gamelan yang dimainkan di Kraton
Surakarta dan disiarkan live melalui radio di Belanda.

Lepas berkeliling, anda akan disuguh dengan Kusmayana Drink, minuman istimewa resep putri Kusmayana yang dipercaya dapat membuat awet muda, terbuat dari jahe, kayu manis, gula jawa, sedikit garam dan daun pandan. Anda bisa menikmatinya sambil memasuki art shop yang menjual beragam souvenir serba batik, mulai topeng, baju, kaos dan perhiasan batik kayu. Anda juga bisa berkeliling taman yang berada wilayah sekitar museum.

0 komentar: